Sejak diluncurkan secara bertahap mulai tahun 2022, Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Negeri menjadi sorotan utama dunia pendidikan Indonesia. Kurikulum ini menekankan pada kebebasan belajar, penguatan karakter, serta fleksibilitas pembelajaran yang menyesuaikan kebutuhan peserta didik dan potensi daerah. Berbeda dari pendekatan kurikulum sebelumnya, Kurikulum Merdeka membawa angin segar dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah negeri yang menjadi garda terdepan pemerataan mutu pendidikan.
Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Negeri

Apa Itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka adalah pendekatan baru yang dirancang untuk memberi ruang lebih besar pada kreativitas guru dan kebutuhan belajar siswa. Kurikulum ini tidak kaku dan tidak bersifat seragam, melainkan mendorong sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai konteks lokal.
Ciri khas utama Kurikulum Merdeka meliputi:
-
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
-
Fokus pada kompetensi esensial, bukan sekadar hafalan
-
Fleksibilitas perencanaan dan jam pelajaran
-
Asesmen formatif yang berkelanjutan
Langkah Implementasi di Sekolah Negeri
1. Penetapan Sekolah Penggerak dan Mandiri
Kementerian Pendidikan membagi sekolah negeri ke dalam beberapa kategori implementasi:
-
Sekolah Penggerak: Diberi pelatihan dan pendampingan intensif.
-
Sekolah Mandiri Belajar: Mengadopsi sebagian elemen Kurikulum Merdeka.
-
Sekolah Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi: Sudah mengadopsi sebagian besar hingga keseluruhan kurikulum.
Sekolah negeri diberi keleluasaan untuk memilih kesiapan mereka dalam mengadopsi kurikulum ini.
2. Pelatihan Guru dan Kepala Sekolah
Implementasi Kurikulum Merdeka tidak akan berhasil tanpa penguatan kapasitas SDM. Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah diberikan:
-
Pelatihan daring dan luring.
-
Modul ajar dan contoh projek.
-
Komunitas belajar online (Merdeka Mengajar, Platform Guru Penggerak).
3. Pengintegrasian P5 dalam Kegiatan Sekolah
Projek P5 menjadi unsur penting yang mendorong siswa mengenal nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan nyata. Contohnya:
-
Projek lingkungan hidup: siswa mengelola bank sampah.
-
Projek kewirausahaan: siswa membuat produk lokal.
-
Projek toleransi: siswa mengenal budaya daerah lain.
Dampak Positif Bagi Sekolah Negeri
1. Pembelajaran Lebih Kontekstual
Dengan fleksibilitas kurikulum, sekolah bisa menyesuaikan materi ajar dengan realitas lokal, seperti budaya, kondisi ekonomi, dan potensi daerah. Ini meningkatkan relevansi pembelajaran.
2. Peran Aktif Siswa Lebih Didorong
Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran berbasis proyek, kolaboratif, dan eksploratif, sehingga siswa lebih aktif, tidak hanya duduk dan mendengarkan.
3. Guru Lebih Bebas Berinovasi
Guru dapat menyusun modul ajar sendiri dan menentukan strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan karakter siswa di kelasnya.
4. Evaluasi yang Lebih Humanis
Asesmen tidak hanya berupa ujian akhir, tetapi asesmen formatif yang memperhatikan perkembangan karakter, minat, dan potensi siswa.
Tantangan Implementasi di Lapangan
1. Kesenjangan Infrastruktur
Masih banyak sekolah negeri, khususnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), yang terbatas fasilitas TIK, sehingga menyulitkan akses ke platform Merdeka Mengajar.
2. Ketimpangan Kapasitas Guru
Tidak semua guru memiliki keterampilan teknologi dan pendekatan diferensiasi yang memadai. Diperlukan pelatihan lanjutan yang berkelanjutan.
3. Adaptasi Budaya Sekolah
Sebagian besar sekolah negeri sudah terbiasa dengan sistem pembelajaran konvensional. Mengubah budaya belajar dan mengajar membutuhkan waktu dan dukungan penuh.
4. Keterbatasan Waktu dan Jadwal
Projek P5 menuntut waktu khusus dan koordinasi antar-guru lintas mata pelajaran. Padatnya kurikulum inti kadang menyulitkan integrasi proyek secara optimal.
Strategi Mengatasi Kendala
-
Pemetaan Kapasitas Sekolah dan Guru
-
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, perangkat ajar, dan dukungan teknis secara bertahap.
-
-
Kolaborasi Antar-Sekolah dan Komunitas Belajar
-
Sekolah negeri bisa saling berbagi praktik baik, modul ajar, dan mentor melalui platform resmi.
-
-
Pemanfaatan Sumber Daya Lokal
-
Menggunakan narasumber lokal, materi berbasis budaya setempat, dan kolaborasi dengan orang tua/warga.
-
-
Pendampingan Intensif oleh Dinas Pendidikan
-
Pemerintah daerah diharapkan aktif mendampingi, memberi insentif, serta mengadakan evaluasi rutin.
-
Kesimpulan
Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Negeri membuka peluang besar bagi sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih adaptif, kontekstual, dan relevan. Meski tidak lepas dari tantangan—seperti kesiapan guru, infrastruktur, dan budaya sekolah—dengan kolaborasi semua pihak, transformasi ini dapat memperkuat karakter dan kompetensi siswa Indonesia. Pendidikan yang merdeka, inklusif, dan bermakna kini bukan lagi wacana, melainkan sedang dalam proses nyata di ribuan sekolah negeri.