Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud
Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud

Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud

Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud – Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan bahasa daerah terbanyak di dunia. Namun, globalisasi, urbanisasi, dan dominasi bahasa nasional menyebabkan banyak bahasa daerah terancam punah. Menyadari hal itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan program Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud sebagai langkah strategis untuk melestarikan identitas budaya bangsa.

Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud

Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud
Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud

1. Latar Belakang Program Revitalisasi

Berdasarkan data Badan Bahasa Kemendikbud, dari sekitar 718 bahasa daerah yang teridentifikasi di Indonesia:

  • Lebih dari 400 bahasa berstatus rentan, hampir punah, atau kritis

  • Banyak generasi muda tidak lagi menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari

  • Sekolah-sekolah lebih menekankan bahasa Indonesia dan asing, menyebabkan pergeseran bahasa secara masif

Oleh karena itu, sejak tahun 2021, Kemendikbudristek menjalankan proyek revitalisasi untuk menyelamatkan keberagaman linguistik Indonesia.


2. Tujuan Revitalisasi Bahasa Daerah

  1. Menghidupkan kembali bahasa yang nyaris punah melalui aktivitas edukatif.

  2. Meningkatkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap bahasa ibunya.

  3. Mendorong penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga, sekolah, dan komunitas.

  4. Membentuk generasi muda sebagai penutur aktif dan kreator konten berbahasa daerah.

  5. Mendokumentasikan bahasa secara sistematis agar dapat diwariskan lintas generasi.


3. Strategi Pelaksanaan oleh Kemendikbudristek

A. Identifikasi dan Klasifikasi Bahasa

  • Mengkaji status vitalitas bahasa menggunakan kriteria UNESCO: jumlah penutur, transmisi antar generasi, domain pemakaian, dan sikap masyarakat.

B. Pelatihan dan Pengajaran Bahasa

  • Program Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi guru dan tokoh budaya lokal untuk mengajarkan bahasa kepada anak-anak.

  • Penerapan kurikulum muatan lokal berbasis bahasa daerah di sekolah.

C. Festival dan Lomba Berbahasa Daerah

  • Mengadakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional.

  • Kompetisi membaca puisi, bercerita, berpidato, dan menulis cerpen dalam bahasa lokal.

D. Dokumentasi dan Digitalisasi

  • Perekaman cerita rakyat, peribahasa, dan kosakata dalam bentuk buku digital dan audio-visual.

  • Platform digital seperti Kamus Digital Bahasa Daerah dan aplikasi pembelajaran interaktif.


4. Dampak Nyata di Berbagai Daerah

Provinsi Bahasa yang Direvitalisasi Kegiatan Unggulan
Jawa Barat Sunda, Baduy, Cirebon FTBI, pelatihan guru bahasa ibu, pembuatan kamus anak
NTT Dawan, Sabu, Manggarai Teater bahasa lokal, dokumentasi cerita rakyat
Papua Barat Biak, Meyah, Tehit Pemetaan penutur aktif, pengajaran di SD lokal
Sumatera Selatan Komering, Lematang, Musi Festival bahasa daerah di sekolah menengah
Sulawesi Selatan Bugis, Makassar, Mandar, Toraja Lomba menulis dongeng dan komik bahasa daerah

5. Tantangan dalam Revitalisasi

  1. Kurangnya Penutur Aktif Muda
    Banyak remaja lebih fasih berbahasa Indonesia atau asing karena faktor pendidikan dan media.

  2. Terbatasnya Sumber Daya Pengajar
    Tidak semua daerah memiliki guru atau tokoh adat yang kompeten mengajar bahasa.

  3. Minimnya Akses Teknologi di Daerah Terpencil
    Digitalisasi konten kadang terkendala sinyal dan perangkat.

  4. Sikap Bahasa Negatif
    Masih ada anggapan bahwa bahasa daerah “ketinggalan zaman” atau “tidak berguna”.


6. Peran Generasi Muda dan Teknologi

  • Content Creator Lokal: Membuat video TikTok, podcast, atau YouTube menggunakan bahasa ibu.

  • Komik & Game Berbahasa Daerah: Menarik minat anak-anak untuk belajar secara visual dan interaktif.

  • Komunitas Bahasa: Forum daring atau offline untuk berlatih bersama penutur asli.


7. Kesimpulan

Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud bukan hanya proyek pelestarian linguistik, tetapi juga bagian dari menjaga keberagaman budaya bangsa. Melalui pendidikan, festival, dan digitalisasi, bahasa daerah bisa kembali hidup dalam kehidupan sehari-hari generasi muda. Dukungan masyarakat, pemerintah daerah, dan teknologi digital menjadi kunci suksesnya program ini agar bahasa ibu tetap relevan dan lestari sepanjang masa.